SEJARAH

SEJARAH DEPARTEMEN SEJARAH

          Departemen Sejarah FIS Universitas Negeri Malang (UM) memiliki perkembangan sejarah yang begitu panjang. Diawali dari kelahiran PTPG (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru) Malang pada tahun Oktober 1954, Departemen Sejarah merupakan salah satu dari jurusan yang pertama kali didirikan pada tahun tersebut. Pada bulan November 1954, PTPG Malang berganti menjadi FKIP Unair. Tonggak perkembangan berikutnya terjadi pada tanggal 1 Mei 1963 ketika FKIP Unair berubah menjadi IKIP Malang. Tugas utama IKIP Malang adalah mendidik calon guru SMTA. Secara umum hasilnya adalah tenaga akademik, yakni guru, dosen maupun peneliti dan tenaga administrasi yang tersebar ke seluruh Indonesia. Keadaan ini berlaku juga bagi lulusan Jurusan Sejarah.

          Ketika PTPG Malang diresmikan, dibuka lima jurusan yaitu Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa dan Sastra Inggris, Ilmu Pasti dan Alam, Ilmu Ekonomi serta Sejarah Budaya. Jumlah mahasiswa waktu berdiri 127 termasuk 19 orang mahasiswa Sejarah Budaya. Gedung perkuliahan menumpang di SMA Tugu (Alun-alun bundar) Malang, kemudian di bekas hotel Splendid (sekarang perumahan dosen dan karyawan Universitas Negeri Malang (UM) dan terakhir di kampus Jalan Semarang. Ketika masih belum memiliki gedung sendiri, waktu perkuliahan diselenggarakan secara terbatas pada siang/sore hari. Saat itu tenaga dosen masih terbatas, sehingga perkuliahan dibina beberapa dosen UNAIR Surabaya, APDN dan Sekolah Hakim Djaksa (SHD) Malang.

          Jenjang yang ada di PTPG maupun FKIP UNAIR adalah tingkat Bakaloreat (Sarjana Muda, BA) dengan lama pendidikan dua tahun, kemudian sejak 1958 menjadi tiga tahun. Sedangkan jenjang sarjana atau doktoral (Acarya, Drs) lama pendidikannya tiga tahun. Sampai tahun 1960 lulusan Jurusan Sejarah (Sarjana Muda) langsung bekerja sebagai guru SMA, dan mereka yang telah bekerja 2-3 tahun kembali untuk melanjutkan tingkat doktoral. Karena Jurusan Sejarah Budaya tingkat doktoral baru dibuka pada tahun 1961, maka sebagian lulusan terpaksa melanjutkan ke IKIP Bandung.

          Setelah tingkat doktoral dibuka, pada tahun 1963 Jurusan Sejarah Budaya berhasil meluluskan 3 orang Sarjana Pendidikan Sejarah. Sebagian mahasiswa tingkat doktoral diangkat sebagai asisten dosen pada Jurusan Sejarah Budaya. Mereka inilah yang kemudian menjadi dosen senior baik di Jurusan Sejarah maupun PPKn FPIPS IKIP Malang, pada umumnya juga menjadi dosen senior baik di PTN, maupun PTS hampir se-Indonesia. Diantara mereka ada juga yang tidak menjadi tenaga akademik, tetapi mengabdi pada dinas sipil maupun militer dan ada juga yang pernah menjadi anggota legislatif pusat dan daerah.

          Tentang nama departemen juga mengalami beberapa kali perubahan yaitu: Sejarah Budaya (1954-1962) dan Sejarah Antropologi (1962-1975). Karena adanya penggabungan Jurusan Sejarah diubah menjadi Departemen Sejarah Civic/Hukum (1975-1980), kemudian dipisah lagi menjadi Program Studi Sejarah (1980-1984), Jurusan Pendidikan Sejarah (1984-1997), dan Jurusan Sejarah (1997-2022). Berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 12.1.2/UN32/OT/2022 mengenai perubahan penyebutan jurusan pada fakultas dan pascasarjana, maka mulai Januari 2022-sekarang Jurusan Sejarah bertransformasi menjadi Departemen Sejarah. Sejak tahun akademik 2004/2005 Jurusan Sejarah mulai membuka prodi baru yaitu Program Studi S1 Ilmu Sejarah yang diselenggarakan berdasarkan surat izin DIKTI No. 2288/D/T/2003 tanggal 5 September 2003. Selain itu, mulai tahun 2007 telah dibuka kelas mandiri Program Studi S1 Pendidikan Sejarah. Pada tahun 2014 dibuka Program Studi S2 Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang. Ketua Jurusan Sejarah yang telah memimpin secara urut adalah J.G. de Casparis (1954-1959), R. Pitono Hardjowardojo (1959-1962), David Jad (1962-1964), Hadinegoro (1964-1965), Mas Aboe Dhari (1965-1967), R.M. Soebantardjo (1967-1972, pagi), I Ktut Sudiri Panyarikan (1967-1970, sore), M. Habib Moestopo (1972-1978), Mukayat (1978-1979), Goenadi Brahmantyo (1979-1982), Soetopo (1982-1990), I Wayan Legawa (1990-1993), G.M. Sukamto (1993-1996), Kasimanuddin Ismain (1996-2003), Dewa Agung Gede Agung ( 2003-2007), Hariyono (2008-2009), Mashuri (2010-2014), dan Joko Sayono (2015-2018), Ari Sapto (2018-2023), Daya Negri Wijaya (2023-sekarang).

 

 

Need Help? Chat with us